Pages

Friday, September 7, 2012

SECRET GARDEN II


Aku dan Nez sangat akrab sekali, Nez selalu menemaniku, dan apabila aku bermain dengan teman-teman kecilku, Nez ada diantara kami. Dalam permainan apa saja, aku selalu menang, itu karena pertolongan Nez padaku. Aku sangat sayang pada Nez, dia satu2 nya sahabat bagiku selain sahabat kecilku seperti Atiek, Luthie, Elly, Rini, Sondang dan Tiur.
Keakrabanku dengan Nez dipandang aneh oleh orang-orang disekitarku, karena mereka tidak bisa melihat Nez. Kecuali kakek Thayib. Aku sering diledekin sama Kak Sisca, Kak Vina, Tante Trees, Oom Adrin dan OOm Moses, mereka bilang, aku tukang bicara sendiri, gelarannya “MongRI”, alias Ngomong sendiri. Aku enggak marah, menurut Nez mereka tidak bisa melihatnya, wajar saja mereka mengira aku bicara sendiri.
Nez selalu memberitahukan kepadaku apa yang terjadi pada keluargaku serta orang-orang disekitarku. Misalnya ketika Nenek Ulfa akan meninggal, Nez sudah  mengatakan pada tanggal 7 May (1976) Nenek akan ke surga. Ketika kusampaikan kepada  Mami, aku dimarahin sama Mami, kata Mami aku nyumpahin Nenek meninggal, tapi ketika aku cerita ke kakek. Kakek gak marah, malah Kakek membelai kepalaku. Oh ya, Kakek bisa bicara dengan Nez, tapi bahasa mereka aneh, aku enggak mengerti sama sekali.
Suatu malam setelah tepat tujuh hari nenek meninggal, aku duduk di tangga teras rumah kakek, orang-orang baru pulang dari sembahyang. Nez duduk di sebelahku. Di langit penuh bintang, sangat cantik dan terlihat bulan berbentuk sabit berwarna emas. Aku sangat menikmati pemandangan malam itu, indah sekali. Dan terlihat sebuah bintang yang sangat besar dan terang di langit.Berpendar-pendar dalam kemilaunya yang memikat ku. ” Itu abang”, ucap nez seraya tangannya menunjuk kepada Bintang besar di langit. “Abang?”, tanyaku heran. Nez mengangguk. “Itu abangku, kami berasal dari sana.” ucapnya menunjukk langit. Aku tak percaya. Nez tertawa,  dan melihat padaku, “aku akan memanggil abang”. ucapnya. Lalu Nez bersiul, siulannya sangat aneh telingaku, seperti suara  suling. “Aku akan mengajarkan siulan ini kepada Nan, apabila ingin bertemu dengan Abang.”, ucap Nez.  Angin bertiup lembut, dan aku mendengar sebuah suara memanggil namaku, “Nan…”, suara itu sangat lembut. Mendadak aku sangat suka mendengarnya, ada rasa bahagia mengalir di sungai hatiku. ” Nan”, suara itu  memanggilku lagi.
Aku melihat sesosok tubuh tinggi menjulang di hadapanku. Nez berlari medekatinya, “Abang!”, panggilnya. Sosok itu membungkuk lalu meraih Nez serta menggendongnya. Amboi…., wajahnya mirip dengan Nez. Dia seorang laki-laki seperti Bang Yo (tapi kulit bang Yo hitam dan badannya tidak setinggi Abang). Abang tersenyum padaku, ” Mari”,  Abang memanggilku. Aku ragu, “Ayo, Nan.”, ajak Nez. Aku segera berlari ke arah pelukan Abang. Aku dan Nez sudah berada di dalam gendongannya. Aroma tubuh Abang sangat harum, enak sekali. Hmmm…., aku betah berlama-lama dalam gendongan Abang. ” Ayo kita kesana.”, tunjuk Abang pada  atap rumah Kakek. Abang bisa terbang, dalam sekejap kami sudah berada di atap. Aku bisa melihat bulan lebih jelas, cahaya sinar bulan serasa menelusup diantara pori-pori kulitku. Abang melantunkan lagu untukku dan Nez. Suara Abang sangat bagus sekali, lagunya :
” Kita sudah ditakdirkan”
Baik untuk masa lalu, masa kini dan masa depan,
Engkau adalah milikku dan aku milikmu,
Kita Akan Selalu Bersama.

Malam ini kuukir namamu di hatiku, kutulis dengan indah.
Kutuliskan ribuan syair hanya untukmu, dan hatiku ini hanya terukir untukmu.
Jika engkau rindu padaku, pandanglah langit di malam hari,
Maka akan kau lihat sebuah bintang besar yang bersinar terang, itulah aku, yang selalu melindungimu dimanapun engkau berada.”
Abang tersenyum, matanya sangat bagus. Kemudian abang membawa kami kembali ke teras. Sayup-sayup kudengar suara Tante Lauren meminta Oom taufik untuk membawaku ke kamar. Aku melihat Nez juga sudah tertidur. “AKu mengantuk,” bisikku. ” Tidurlah, adik kecil yang manis.”, kemudian abang mencium dahiku.

Posted by. Nan (Santika, 30 May 07)

No comments: