Pages

Sunday, November 9, 2008

Suatu Senja Di Pantai X

Perempuan itu masih berdiri menatap Bintang besar di langit Barat, ia selalu begitu di setiap senja. Wajahnya selalu tersenyum, seakan-akan ia berbicara pada Bintang besar itu, dan hampir mendekati jam tujuh malam, perempuan itu akan beranjak pergi dengan mobil honda citynya menuju ke kota.
Setiap mendekati senja perempuan itu selalu datang, terkadang bercelana pendek, terkadang berpakaian kerja yang membuatnya sangat elegant, berbeda apabila dengan celana pendek, perempuan itu akan terlihat muda dan sportif.
Biasanya perempuan itu akan beranjak pergi setiap jam tujuh malam, tapi hari ini, ia tidak melakukan kebiasaan itu. Matanya yang cantik dan biasanya bersinar cerah, terlihat murung. Ia menggenggam tas kerjanya, angin laut menerpa rambutnya hingga menutupi wajahnya yang cantik.
Nana mendekati perempuan itu, dan berdiri disampingnya. Perempuan cantik itu tak bergeming saat mengetahui kehadiran Nana disebelahnya.
" Bintang itu cantik", ujar Nana membuka percakapannya. Perempuan itu menoleh sesaat, " Ya...dia memang indah.", suara perempuan itu terdengar nyaris berbisik.
" Kamu menyukainya?", tanya Nana.
" Ya..., dia kekasihku.", jawab perempuan itu. Nana terbelalak mendengar jawaban perempuan itu, apa perempuan ini gila, mengaku Bintang adalah kekasihnya.
" Aku mengenalnya sejak aku diberikan nafas pertama dalam kehidupanku. Dan aku ditakdirkan untuk menjadi miliknya selamanya.", ucap perempuan itu, suaranya begitu penuh cinta.
Nana menggigil, bukan karena dinginnya angin laut, tapi keyakinan perempuan itu tentang " Sang Bintang"
"Tapi aku telah mengkhianatinya.", ujar perempuan itu sedih.
" Mengapa?", tanya Nana...
" Karena aku telah membuka hatiku untuk orang lain.", ucapnya.
" Maksudmu...?!", tanya Nana.
: Aku menyukai pria lain dalam kehidupanku. Pria yang secara fisik nyata. Bukan hadir di dalam mimpi.", perempuan itu menoleh kepada Nana. Mata cantik perempuan itu terlihat sangat dingin. Nana sampai menggigil.
" Dan aku telah melakukan kesalahan yang paling besar dalam hidupku.", ucapnya.
" Kesalahan apa?", tanya Nana.
" Aku telah mengizinkan pria itu tidur bersamaku.", bisik perempuan itu.
Nana terperangah.
" Kami menikmati malam dengan penuh gairah, padahal usianya bukanlah usia muda lagi, tapi kami seerti pengantin baru, melakukannya penuh gairah. Aku tidak pernah melakukannya seperti itu, selain di dalam mimpi-mimpiku.", ucap perempuan itu.
" Kamu mencintai pria itu?", tanya Nana. Perempuan itu tersenyum getir.
" Cinta..?". Ia berhenti sejenak. " AKu tidak mengenal apa yang disebut cinta. Karena aku tidak yakin ia mencintaiku. Bisa saja hubungan ini berakhir karena hasrat di dalam pria itu di dalam diriku berhenti.", ucapnya. Suara perempuan itu terdengar kering.
" Ia sudah beristeri dan mempunyai dua anak gadis. Kehidupan rumah tangganya sangat bahagia. Semua orang tahu bahwa ,mereka adalah keluarga bahagia. dan ia adalah pria bereputasi dan berstatus. Aku tidak mungkin merusak tatanan itu.", ucap perempuan itu.
Nana terperangah kembali. " Kamu tahu, aku tidak pernah mempercayai seorang priapun dalam kehidupanku. Aku tidak pernah mengizinkan mereka untuk masuk kedalam kehidupanku.", ucap perempuan itu.
"Hmmm...artinya pria itu sangat istimewa, sehingga mampu membuka pintu hatimu dan membangkitkan gairah asmaramu?", tanya Nana.
Perempuan itu menggangguk , " Dia telah memberikannya, meskipun mungkin ini hanya sesaat kemudian hilang saat hasray pria itu menghilang. Namun aku merasakan detik kebahagiaanku, sekeping kecil ari uang logamku.", ucap perempuan itu.
"Bagaimana denganmu, aku juga melihat engkau sering berada di pantai ini?", tanya perempuan itu. " AKu?", Nana menunjuk dirinya. Perempuan itu mengangguk.
" Aku sering kesini karena aku senang." jawab Nana. " Aku merasakan ada suara yang memanggilku untuk terus datang kesini. Dulu...ia selalu menemani hari-hariku. Tapi...waktu telah membuat kami berpisah.", ucap Nana. " Ia merupakan satu-satunya sahabat bagiku, kami selalu bersama sejak aku kecil. Ia selalu ada untukku. Disaat aku sedih, ia akan memberikan bahunya untuk aku menumpang sesaat untuk menangis. Ia akan bersedia menediakan dadanya untuk aku bersandar, Ia membuat aku selalu tergantung padanya. Sampai waktu memperlihatkan kepada kami, bahwa kehidupan seseorang itu sudah ada yang mengatur. Bahwa rencana manusia bukanlah rencana Tuhan.", ucap Nana. kehidupan kami hampir mirip. Pernikahan, tapi pernikahan yang penuh toleransi dan kompromi, perekatnya hanya sebuah komitmen.', ujar Nana.
Perempuan itu mendesah, " Kau beruntung telah menikah. Sedangkan aku, status tidak jelas. isteri simpanan, kekasih rahasia?, semuanya aku jalani.", ucap perempuan itu.
"Sejujurnya, aku sudah jenuh dengan perkawinanku. Aku jenuhhhh...!!!!", Nana berteriak sekuat-kuatnya, " Aku jenuh..!!!, aku ingin katakan pada dunia aku jenuh..!!!"
Perempuan itu menatapnya. " Apakah kau tertarik dengan orang lain?"
Nana menggeleng, " Aku..aku tidak tertarik dengan siapa-siapa. Aku tipe Narcis.", ucap Nana. Perempuan itu memutar badannya menghadap Nana. " Kamu..?, kamu Narcis?", perempuan tertawa...., Nana menganggukkan kepalanya. " Aku hanya akan bisa tertarik dengan seseorang apabila aku merasa ia bagian dari diriku.", ucap Nana.
" Tidakkah kau ingin hidup seperti aku. Aku bebas dan tidak terikat. Kemana kaki melangkah aku bisa pergi.", ucapnya seraya tersenyum.
Nana menggelengkan kepala. " Kehidupan sepertimu, hanyalah kesemuaan yang didapat. Aku masih memiliki cinta di dalam hidupku, yaitu cintaku kepada anak-anakku.", ucap Nana. Perempuan itu terperangah. ia menatap pada Nana. " anak-anakmu juga mencintaimu?", tanya perempuan itu lugu. Nana tersenyum, " Saat ini aku merasa mereka menyayangiku , mereka membutuhkanku. Aku tau mereka bukan milikku, tapi aku berusaha untuk mengemban tugas dari Tuhan, meskipun dimata suamiku aku bukanlah perempuan yang terbaik untuknya, aku bukanlah istri yang ideal untuknya, tapi setidak-tidaknya aku merupakan Ibu yang terbaik dimata anak-anakku.". Perempuan itu menundukkan wajahnya. " Kau sangat beruntung masih ada yang mengharapkanmu di dalam kehidupanmu, sedangkan aku...aku ada disaat mereka membutuhkanku.", ucap perempuan itu.
" Kehidupanmu bergelimang harta.", ujar Nana. " Iyaaa..., aku hidup dalam keglamouran dan berkelimpahan, tetapi aku selalu merasa sepiii, sangat sepi.", ucap perempuan itu. " Hanya Sang Bintang yang mampu mengusir kesepianku." ucapnya.
Perempuan itu mendekatinya, " Kamu cantik.", pujinya. Nana tergelak, " Aku?, aku sudah empat puluh tahun. Sudah tua.", ujarnya. Perempuan itu terperangah. Empat puluh tahun?, tapi masih tetap cantik dan terlihat kuat. " Panggil aku Mahisa.", perempuan itu mengulurkan tangannya. Nana menyambut uluran tangan itu. " Namaku Victoriana, panggil saja Nana.", ucap Nana.
" Senang bisa berbincang denganmu sore ini.", ucap Mahisa. Nana tersenyum, " Aku juga.", ucap Nana. " Terima kasih.", perempuan itu melepaskan tangannya. " Aku berharap kita bisa bertemu kemblai di tempat ini. Ada yang bisa kupelajari dari hidupmu.', lanjut Mahisa. " Aku juga.", sahut Nana.
Perempuan itu melangkah memasuki honda citynya dan mobil berjalan menuju arah kota.

No comments: