Pages

Sunday, November 9, 2008

LABIRIN KENANGAN




Diluar rintik hujan, jam 01.30 am, hari sudah menjelang dini hari. Lagu “Tell Him” mengalun lembut menemani kesendirianku. Aku ingat sosok tinggi menjulang dengan matanya yang rada sipit di balik kacamata, serta senyumnya yang luar biasa menawan. Saat itu Kaize baru datang dari Canada, kita bertemu di lobby Grand Mahakam Hotel, sambil menikmati alunan Beethoven. Aku ingat kata-katamu tentang “tirai kenangan”
Pusara hanyalah sebuah kotak kosong, yang kita kenang dalam kasih yang melekat pada lipatan saputangan yang menebarkan harum saat kita buka.
Pada intonasi yang tiba-tiba kuingat dan lama mendengarkan, dengan kepala menunduk…, dan permulaan betapa pahitnya. Tapi betapa melegakan kemudian! Saat mengetahui, suatu hari ketika musim semi gemetar dingin, cemass..dan penuh harapan, bahwa tak ada yang berubah : aroma tanah, getar sungai, juga bentuk kuncup mawar, atau tunas berangan…saat membungkuk diatas mangkuk halus keemasan anemon liar, mengagumi permadani violet tak bertepi, lembayung muda, atau biru?. Saat mata membelai sosok pegunungan yang tidak terlupakan, saat sambil mendesah ragu meneguk anggur tajam, surya fajar….saat kembali hidup!
Akh..caramu yang begitu santun, halus dan penuh kasih, selalu mampu bangkitkan semangatku untuk berjuang…., aku pernah berkata padamu bahwa aku tiada awal dan tiada akhir.

No comments: